Satu Lagi Generasi Muda Seniman Wayang Kulit dari Desa Watuagung Kecamatan Watulimo, adalah Seniman Muda bernama Ega Aryogi anak dari Bapak Iswoyo yang bertempat tinggal di Dusun Krajan Rt.013 Rw.004 Desa Watuagung Kec.Watulimo Kabupaten Trenggalek dengan bakat yang luar biasa sebagai seniman wayang kulit.

Hari Jumat Kemarin Lusa tanggal 28 mei 2021, Mas Ega Aryogi dikunjungi Tim dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek yang dipimpin oleh Sdr. Yosep Eka Sulistyana S.Sos sebagai Kasi Pemberdayaan Masyarakat dan Tata Kelola Destinasi dalam rangka “Pendataan / Pemetaan Potensi-potensi yang ada di Desa Wisata (Desa Watuagung)”. Dalam kunjungannya Tim dari Disparbud Trenggalek menanyakan berbagai aspek kepada mas Ega Aryogi.

Dalam wawancara singkat antara Mas Ega Aryogi dan Tim Disparbud Trenggalek yang didampingi Pemerintah Desa Watuagung (Kepala Desa Watuagung Sdr. Susanto beserta Perangkat Desa), “Dulu saya mengalami Kecelakaan sekitar tahun 2012, pasca operasi sambil menunggu sembuh karena dari dulu saya hobi dengan wayang saya jadi terinspirasi untuk mempelajari wayang kulit lebih detail.” Begitu ujar mas Ega sebutan akrabnya. “Lalu siapa yang mengajari anda tentang Seni Membuat Wayang Kulit?” tanya Tim dari Disparbud Trenggalek. “ Saya belajar detail wayang dari gambar-gambar wayang di internet, dan melalui media sosial Facebook saya kenal dan berteman dengan banyak Dalang dan Seniman kondang wayang Kulit, dari situ saya banyak belajar dan mendapatkan bimbingan.” Ujar Mas Ega Lagi. “Namanya Mas H*** adalah Seniman dari Jember yang telah banyak membimbing saya.” Ujarnya lagi mas Ega. “Lalu bagaimana proses sampai bisa dapat orderan?” Tanya Tim Disparbud. “Pertama saya disuruh membuat wayang kulit dengan desain dari pembimbing saya, terus saya pindah desain gambar di kertas dari pembimbing saya ke media kulit dengan dipahat, dan diproses sampai jadi.” Begitu tambah mas Ega. “Karena masih proses belajar dan barang Jadi belum sesuai harapan saya tetap meminta bimbingan dari Mas H***, sampai akhirnya setelah beberapa kali proses yang membutuhkan waktu lama dan hasil jadinya sesuai harapan pembimbing saya mulai dapat banyak orderan via facebook, awal-awalnya orderan berupa wayang Agal wayang untuk hiasan saja.” Tambah Mas Ega. “Lalu berapa harga untuk wayang kulit Agal?” Tanya Tim Disparbud Trenggalek. “Untuk Wayang Agal  dikisaran harga 150 ribu hingga 1 juta rupiah, tergantung tingkat kerumitannya.” Ujar Mas Ega. “Terus untuk wayang yang model ini jenisnya apa dan kisaran harganya berapa?” Tanya Tim Disparbud Trenggalek. “Ini namanya wayang Alusan Putihan, kisaran harganya 500 ribu hingga tak terhingga, karena hubungannya dengan seni dan hobi.” Tambah Mas Ega. “Ini ada yang sudah dicat dan belum apa bedanya dan bahan catnya dari apa?” Taya Tim Disparbud Trenggalek. “Ini yang dicat wayang Gatotkoco bahan dari Cat Sablon dan campuran cat Tembok, dulu saya buat yang dicat sesuai keinginan yang order tetapi sekarang hanya buat yang putihan saja.” Ujar mas Ega. “Selain dari Facebook sarana untuk pemasaran dan order pakai sarana apa saja?” tanya Tim Disparbud Trenggalek. “Dulu Media saya lewat Facebook tapi sekarang privat hanya lewat telpon dan whatsapp saja.” Ujar mas Ega.

Hari ini Senin tanggal 31 Mei 2021 dari Pemerintah Desa Watuagung Klarifikasi ulang lewat telpon Whatsapp untuk bahan publikasi website desa. “Mas Ega dari sekian banyak orderan Wayang Kulit relasi anda siapa saja kalau boleh tahu?” Tanya Kasi Pemerintahan Desa Watuagung. “ada Mas B*** dari Solo, Mas S**** dari Jombang, Mas E**** S****** dari Sragen, Mas D*** dari Malang, Mas F**** dari Bekasi, Mas D***** dari Pekalongan.” Ujar Mas Ega. “Terus harapan Mas Ega Selanjutnya apa kalau kami boleh tahu?” Tanya Kasipem Watuagung. “ Harapan Saya saya ingin memunculkan kembali generasi muda agar tetap cinta terhadap budaya leluhur bangsa sendiri yang disitu banyak keteladanan kebaikan dan nilai-nilai luhur yang berguna bagi masyarakat pada umumnya. Dan juga kepada Pemerintah saya berharap agar tetap melindungi dan melestarikan budaya yang ada dengan memberikan fasilitas dan regulasi pelestarian budaya.” Begitu imbuh Mas Ega.